Rumah kontrakan

0 comments

Temukan kami di Facebook
Namaku Dewi. Tiga tahun yang lalu waktu aku masih kuliah di Jakarta, aku tinggal di rumah kontrakan dengan tiga teman lainnya. Di kontrakan itu kami tinggal berempat, aku dan Wendy teman kampusku serta dua pria anak kampusku juga walaupun mereka berbeda jurusan. Sebelumnya aku tinggal di tempat kos, juga di daerah Tomang, dan Wendy yang mengajakku untuk mencari rumah kontrakan di dekat kampus. Setelah dipikir-pikir memang lebih enak untuk tinggal di rumah kontrakan karena yang tinggal tidak terlalu banyak seperti tempat kos pada umumnya dan juga biayanya tidak jauh beda karena semua pengeluaran bisa dibagi berempat.

Sebagai gambaran, waktu itu usiaku masih 20 tahun. Badanku tidak terlalu tinggi, 162 cm, tapi buah dadaku besar (36C) sehingga aku sering pakai baju yang longgar supaya tidak terlalu menarik perhatian. Menurutku wajahku tidak cantik-cantik amat, tapi memang tidak sedikit pria yang naksir aku, apalagi saat itu aku belum punya cowok. Waktu di SMU sampai tingkat pertama aku pernah pacaran tapi kemudian mantan cowokku ketahuan menyeleweng walaupun waktu itu aku sudah menyerahkan segalanya ke dia. Perlu waktu cukup lama bagi aku untuk mengobati sakit hatiku padanya.

Salah satu pria yang tinggal di kosku (sebut saja namanya Andi) sangat baik padaku dan aku punya perasaan kalau dia naksir aku. Andi selalu memberikan perhatian yang lebih kepadaku dan sering membawakan makan malam untukku. Sebenarnya aku juga suka padanya, tapi karena dia sendiri tidak pernah mengungkapkan perasaannya kepadaku, aku bersikap biasa-biasa saja padanya. Kami sudah beberapa kali pergi nonton atau makan berdua tapi Andi belum juga berani bilang atau memintaku untuk jadi pacarnya.

Pada saat libur lebaran, aku memutuskan untuk tidak pulang ke kota asalku di Sumatra Selatan. Andi juga tetap tinggal di Jakarta sedangkan kedua temanku yang lain pulang. Pembantu juga pulang kampung, jadi tinggal aku dan Andi saja yang tinggal di rumah. Karena tidak ada pembantu, aku terpaksa melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci pakaian ataupun membersihkan rumah. Pada hari Minggu pagi sekitar jam 9 aku ke halaman belakang rumah untuk mencuci pakaianku. Biasanya kalau hari Minggu pagi Andi main tennis dengan teman-temannya sehingga waktu itu aku pikir tidak ada siapa-siapa di rumah.

Aku masih mengenakan baju tidurku, daster berwarna biru muda yang pendek dan tidak mengenakan bra. Biasanya aku selalu mengenakan bra bila keluar kamar, tapi pagi itu aku cuek saja karena aku pikir aku sendirian di rumah. Waktu mencuci pakaian aku duduk di kursi pendek. Rokku aku singkapkan dan kedua kakiku aku buka lebar agar mudah untuk mencuci pakaian. Arah dudukku menghadap jendela kamar Andi dan dari arah jendela, pahaku dan celana dalamku bisa terlihat jelas. Badanku juga berkali-kali membungkuk dan bila aku membungkuk buah dadaku sesekali terlihat karena potongan dada dasterku cukup rendah. Apalagi posisi dudukku dekat dengan jendela kamar Andi.

Waktu itu aku benar-benar tidak tahu kalau Andi ternyata tidak main tennis dan masih ada di kamarnya. Setelah aku hampir selesai mencuci pakaian aku menengok ke arah kamar Andi dan sangat kaget kalau ternyata dia berdiri di kamarnya sambil memandangi aku dari jendela. Memang aku tidak bisa melihat dia dengan jelas karena di luar terang sedangkan kamar Andi cukup gelap, apalagi masih ada kaca yang membatasi dia dengan aku. Aku sungguh terperanjat menyadari posisi dudukku dan bahwa Andi sudah berdiri di situ dari tadi sambil melihatku. Cepat-cepat aku atur posisi dudukku dan membetulkan posisi rokku. Andi kemudian keluar dan berjalan ke arahku. Dia minta maaf kalau dari tadi dia diam saja dan tidak kasih tahu aku kalau dia ada di kamar. Sambil menengok ke arah celananya dia juga bilang kalau penisnya berdiri karena terangsang melihatku. Mendengar itu mukaku langsung merah karena malu.

Siang harinya Andi mengajakku keluar makan dan untuk pertama kalinya dia mengungkapkan perasaannya kepadaku. Aku mengiakan dan memang sudah cukup lama aku menanti saat itu. Kami kemudian pergi nonton di Plaza Senayan dan begitu sampai rumah petang harinya Andi untuk pertama kalinya mencium aku. Aku balas ciumannya dan kemudian dia menarikku ke kamarnya. Kami berciuman sesaat dan tangannya mulai nakal dan menggerayangi buah dadaku walaupun aku masih mengenakan baju lengkap. Andi kemudian mengajakku ke kamar mandi. Aku bilang kalau aku malu dan tidak mau mandi bersama dia. Tapi kemudian dia menarikku ke kamar mandi dan kami kembali berciuman hebat.

Tangannya mengambil air di gayung tanpa sepengetahuanku dan tiba-tiba menyiramkan air ke kepalaku. Aku kaget setengah mati, tapi kemudian tertawa juga. Baju yang aku kenakan basah kuyup. Waktu itu aku mengenakan kemeja putih lengan panjang dan celana jeans. Walaupun masih mengenakan bra, buah dadaku tercetak jelas di balik kemejaku yang basah kuyup. Andi kemudian mundur ke arah dinding dan memintaku untuk melepaskan semua pakaianku.

Tidak tahu apa yang merasuki aku, waktu itu aku menuruti saja apa yang dia minta. Perlahan-lahan aku buka semua kancing bajuku dan setelah terbuka, kemejaku aku lempar ke lantai kamar mandi. Kemudian aku mulai melepaskan celana jeansku sehingga aku berdiri di hadapannya dengan hanya mengenakan celana dalam dan bra. Andi bilang kalau buah dadaku ternyata lebih besar dari apa yang dia pikir selama ini. Kemudian Andi mengambil air lagi di gayung dan mengguyurkannya ke badanku. Celana dalamku langsung basah kuyup dan bulu kemaluannku tercetak jelas di balik celana dalamku yang basah. Aku langsung bereaksi menutupi kemaluanku dengan tanganku sambil tangan satunya menutupi buah dada dan kedua putingku yang sekarang juga tampak samar-samar karena braku juga basah.

Andi hanya memandangi aku dan memintaku untuk melepaskan semua yang aku kenakan. Seperti kena sihir aku membalikkan badan dan melepaskan bra dan celana dalamku. Kemudian aku berbalik lagi dengan posisi tangan kanan di buah dadaku dan tangan kiri menutupi kemaluanku. Aku hanya berdiri menunduk dengan perasaan malu luar biasa karena baru pertama kali itu aku telanjang di depan Andi. Andi memintaku untuk menurunkan kedua tanganku ke samping dan masih dengan menunduk kedua tanganku aku turunkan perlahan-lahan. Badanku gemetar hebat karena malu dan kini aku berdiri telanjang bulat di hadapan Andi.

Buah dada dan putingku yang berwarna kecoklatan tidak ditutupi apa-apa lagi, juga kemaluanku yang ditumbuhi rambut cukup lebat. Andi masih berdiri menyender di dinding kamar mandi dengan baju lengkap dan terus memandangi aku sambil bilang kalau aku seksi. Lama kelamaan rasa maluku mulai hilang dan aku beranikan diri melihat ke arahnya. Andi lalu juga melepaskan semua pakaiannya dan dia berdiri di hadapanku dengan penis yang tegang dan mengarah ke atas.

Andi kemudian menghampiriku dan kembali mencumbuiku. Ciumannya mulai turun ke buah dadaku dan Andi lalu menghisap dan menjilati putingku. Memang itu adalah titik kelemahanku. Bila putingku dijilat atau dihisap, aku pasti langsung lupa daratan. Aku mulai mendesah-desah dan Andi semakin bernafsu menjilati putingku sambil tangannya turun dan memainkan clitorisku. Vaginaku mulai basah dan kedua kakiku aku buka lebih lebar agar Andi bisa memainkan clitorisku lebih bebas lagi. Aku sudah sangat terangsang ketika Andi mengajakku mandi.

Dia mengguyur badanku dengan air lagi berkali-kali dan kami mulai menyabuni satu sama lain. Andi mulai dengan buah dadaku, punggungku, pantatku dan kemudian ke selangkanganku. Kakiku aku buka lebih lebar lagi dan lututku aku tekuk sedikit. Sambil menciumiku, Andi terus menyabuni vagina dan klitorisku. Bibir vaginaku dibuka sedikit olehnya dan kemudian dia mulai menyabuni bagian dalam vaginaku. Andi melakukannya dengan lembut sehingga aku tidak merasa sakit atau perih. Setelah itu giliran aku yang menyabuni dia. Selangkangannya aku sabuni, juga penisnya yang masih berdiri tegak. Aku tahu Andi menikmati itu karena dia tidak mau aku berhenti. Kira-kira lima menit kemudian kami mengguyur badan kami yang masih bersabun dan lalu mengeringkan badan dengan handuk.

Andi kemudian memintaku berbaring di ranjangnya. Aku berjalan ke ranjangnya dan tiduran telentang menghadap Andi yang berdiri di depan ranjangnya. Lama dia memandangi aku sampai kemudian menyuruhku membuka kedua kakiku. Aku sudah sangat terangsang dan aku turuti permintaannya. Kedua kakiku aku buka lebar, kedua tanganku aku angkat di atas kepala dan aku biarkan Andi menikmati tubuh telanjangku. Andi kemudian berdiri di atas lututnya di sisi ranjang dan menarik badanku ke arahnya. Sekarang pinggulku persis di sisi ranjang dan Andi memegang kedua lututku.

Kedua kakiku dia buka lebar-lebar dan Andi mulai menjilati selangkanganku, dimulai dari pahaku bagian dalam. Andi kemudian menjilati bibir vaginaku. Aku sudah sangat terangsang dan vaginaku basah. Sambil memejamkan mata aku terus mendesah hebat, apalagi setelah Andi mulai menjilati klitorisku. Mendengar desahanku, Andi semakin bernafsu dan sekarang dia membuka bibir vaginaku dan mulai menjilatiku dari arah bawah sampai klitorisku. Katanya cairan vaginaku sedikit asin tapi tidak berbau sama sekali. Memang aku sangat hati-hati untuk menjaga kebersihan vaginaku. Andi terus menjilatiku sampai aku orgasme. Setelah aku orgasme, Andi berdiri dan dengan perlahan-lahan memasukkan penisnya ke vaginaku dan mulai menggoyangkan pinggulnya maju mundur. Rasanya sungguh nikmat dan menurutku bercinta dengan Andi lebih enak dibandingkan dengan pacarku yang dulu karena dia sangat berhati-hati untuk tidak menyakitiku.

Beberapa menit kemudian Andi memintaku untuk berubah posisi sehingga aku sekarang duduk di atas dia. Perlahan-lahan aku masukkan kembali penisnya ke vaginaku dan aku mulai menggoyangkan pinggulku di atas dia. Kedua tanganku aku angkat ke atas dan tangan Andi mulai meremas-remas dan memainkan buah dadaku. Andi bilang kalau buah dadaku besar dan kenyal. Aku terus menggoyangkan pinggulku, ke depan belakang dan juga naik turun sampai aku orgasme untuk kedua kalinya. Tidak lama kemudian Andi bilang kalau dia sudah mau keluar dan cepat-cepat aku lepaskan penisnya dari dalam vaginaku. Waktu itu kami tidak siap dengan kondom dan aku tidak mau sampai hamil, jadi terpaksa aku harus cepat-cepat lepaskan.

Kemudian aku pegang penisnya dan mulai mengocok-ngocok penisnya sampai Andi orgasme. Spermanya keluar banyak sekali sampai muncrat ke leher dan dadaku. Setelah orgasme Andi terlihat lelah dan kemudian aku peluk dia dengan erat. Kami berpelukan cukup lama dan baru setelah itu ke kamar mandi lagi untuk membersihkan badan kami. Apa yang baru kami lakukan benar-benar pengalaman yang tidak terlupakan. Malam itu aku tidur di kamar Andi setelah kembali bercinta dengan berbagai posisi sebelum tidur. Keesokan harinya kami berdua tidak keluar rumah dan menghabiskan waktu untuk bercinta atau bermalas-malasan di kamar. Selama beberapa hari di rumah berdua, Andi tidak membolehkan aku untuk mengenakan pakaian. Dengan tanpa mengenakan apa-apa kami melakukan berbagai aktivitas seperti memasak, mencuci pakaian, membersihkan rumah dan nonton TV. Awal-awalnya aku masih merasa aneh berjalan-jalan di sekitar rumah tanpa pakaian, tapi lama-lama aku menikmati juga kebebasan itu. Aktivitas-aktivitas gila itu harus kami hentikan setelah pembantu dan kedua teman kontrakanku kembali ke Jakarta.

Hubunganku dengan Andi berlanjut sampai kuliah kami selesai. Selesai kuliah Andi kembali ke Surabaya untuk membantu usaha ayahnya dan aku sendiri kerja di Jakarta. Setahun pertama kami masih meneruskan hubungan lewat telpon dan sekali-sekali Andi datang ke Jakarta. Awal tahun ini Andi mulai jarang menelponku dan banyak pikiran negatif berkecamuk di benakku. Karena takut kejadian yang sama menimpaku lagi, aku memutuskan hubungan baik-baik dengan Andi. Aku tidak tahu apakah saat ini Andi sudah punya pacar lagi atau tidak. Terus terang aku tidak mau tahu dan aku hanya mau mengenang saat-saat indahku dengan Andi. Aku yakin satu saat aku pasti akan mendapatkan penggantinya.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Rumah kontrakan"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald