Collaboration of sex - 1

0 comments

Temukan kami di Facebook
Jaqueno Milie menahan nafas dalam-dalam, degup jantungnya saat itu mulai tak karuan, dipelototinya adegan demi adegan di layar televisi yang berukuran 20 inch itu, dan tidak satu pun yang dilewatkannya begitu saja. Ia sedang menikmati hobinya, menonton blue film di dalam apartemen pribadinya. Di usianya yang sudah menginjak 18 tahun ini, setidaknya ia sudah dianggap dewasa di negara asalnya, Spanyol. Dan karena itulah, ia merasa sudah saatnya untuk tidak sekedar melihat adegan-adegan panas itu di layar televisi saja, ia sungguh berobsesi untuk menikmatinya secara langsung. Namun entahlah, ia masih merasa terlalu takut dan malu untuk segera memulainya. Lagi pula, dengan siapa? itu yang jadi masalahnya.

Indonesia tidaklah seperti spanyol yang punya liberalitas yang tinggi, dimana seorang gay tanpa canggung mengatakan "aku gay", seorang biseks dengan terang-terangan mengakui dirinya "pemburu wanita dan pria!" bahkan kalau memang dianggap perlu, barangkali mereka akan sampai bersusah payah mengambil tangga, menaiki genteng rumahnya dan memasang sebuah bendera besar yang mengumumkan bahwa mereka gay atau pun biseksual. Mungkin tidak harus ditunjukkan seekstrim itu, tetapi mencari seorang teman untuk bersenang-senang di Indonesia adalah seperti mencari sebuah jarum di tumpukan jerami.

Jaqueno bukanlah seorang gay sejati. In fact, he still loves girl, a beautiful girl. Tetapi ia ingin mencoba melakukan sebuah terobosan yang sebenarnya sudah ada sejak jaman dahulu, menikmati permainan sesama jenis, yang katanya bisa lebih dahsyat dari pada permainan dengan lawan jenis. Apalagi kaset vCD yang disewanya kali itu berkutat seputar permainan ranjang yang sangat liar antara seorang guru smu dengan muridnya sendiri, yang mana keduanya notabene adalah cowok-cowok tampan yang berbadan kekar. Jaqueno bahkan beberapa kali menelan air liurnya, ia ingin menjadi aktor ketiga yang ikut bermain di atas ranjang itu. Matanya tak berkedip, pikirannya entah sudah sampai dimana yang jelas ia mulai dapat merasakan kalo dirinya ada di dekat kedua orang itu, ia berada di depan pintu gudang sekolah di mana sang guru muda dan muridnya itu sedang berpacu dengan birahi mereka.

Jaqueno memegang gagang pintu dan mulai membukanya perlahan. Kedua orang itu tampaknya benar-benar tak merasakan kehadirannya. Mr.. Louis dan murid kesayangannya, Virgo, masih saja bertempur di atas sebuah meja besar di dalam gudang sekolah. Keduanya sudah tak berpakaian lagi, telanjang bulat. Mr. Louis menindih tubuh Virgo, melumat bibirnya dengan liar, menggerayangi setiap bagian tubuh Virgo yang putih mulus itu dengan kedua belah tangannya. Guru muda itu pun mendaratkan ciuman-ciumannya mulai dari ujung rambut Virgo, ke seluruh wajahnya yang tampan, menikmati leher Virgo yang seksi itu, menjelajah di dadanya yang bidang dan berbulu, melumat kedua puting susunya yang seksi bergantian, memagut ketiaknya yang berambut jarang itu.

"Argh!" Virgo menggeliat di bawah tindihan badan Mr. Louis, ia menggelinjang merasakan kenikmatan yang tak lagi dapat terlukiskan itu. kontolnya yang bergesekan dengan kontol Mr. Louis yang hampir sama besarnya itu, telah mulai mengeluarkan precumnya, membasahi kontol Mr. Louis, lawan mainnya itu. Keduanya telah sama-sama mengeras dan begitu kokohnya seperti tower, urat-uratnya yang besar dan berwarna biru kemerahan itu pun bertonjolan keluar.

Setelah puas menciumi sekujur tubuh muridnya itu, Mr. Louis duduk menindih perut Virgo, kemudian tangannya mulai meraba-raba ke arah belakangnya lalu mencengkeram kontol Virgo, menuntunnya masuk ke dalam lubang anusnya sendiri.

"Goyang, Vir!" perintah Mr. Louis, tak ubahnya seperti ketika memerintah muridnya untuk mengerjakan soal matematika. Virgo pun menurut, meskipun kontolnya terasa begitu nyeri saat itu, menegang sekian lama melebihi kapasitas saja sudah begitu nyerinya, apalagi kini harus bergesekan dengan dinding lubang anus Mr. Louis yang sempit itu. Tapi untunglah, cairan precumnya cukup menolong untuk melumasi pantat Mr. Louis. Ia pun tak canggung lagi untuk memasukkan batang kejantanannya itu ke dalam lubang anus guru yang paling macho dan keren di sekolahnya itu. Perlahan-lahan, didorongnya kontol Virgo masuk ke dalamnya, Mr. Louis membantu memasukkannya dengan cara makin menurunkan posisi pantatnya secara perlahan sampai kontol Virgo tenggelam sepenuhnya di dalam pantatnya.

Virgo menggeliat-geliat pelan, ia kemudian menggerak-gerakkan pinggulnya naik turun, memompanya keluar masuk seirama dengan desahan nafasnya yang kian tak teratur.

"Ach!" erang Virgo, makin lama ia rasakan ngilu pada pinggulnya itu. Ia pun berhenti menggoyang Mr. Louis, sementara kontolnya masih menancap di dalam lubang anus Mr. Louis. Kini, Mr. Louis-lah yang menggerakkan pantatnya naik turun, Virgo hanya dapat memejamkan mata dan mengerang-erang sambil sesekali menggigit-gigit bibir bawahnya.
Tak lama kemudian, benteng pertahanannya pun roboh, ia melontarkan sperma kentalnya di dalam anus Mr. Louis. Seketika kontolnya pun langsung terkulai lemas, mengkerut perlahan dan melepaskan diri dari cengkeraman liang anus Mr. Louis.

Mr. Louis membalikkan badannya mengubah posisinya menjadi posisi menguntungkan 69, ia tetap berada di atas Virgo. Birahi Virgo pun seketika langsung bangkit kembali ketika di hadapannya kini disodorkan batang keperkasaan Mr. Louis yang full ereksi dan panjangnya tak kurang dari 18 cm itu. Ia mencaplok dengan mulutnya, liar, penuh nafsu! melumatnya dengan ganas, menjilati, dan menghisapnya seperti ketika menikmati lezatnya es krim conello. Ia tak berhenti memainkan lidahnya di kontol Mr. Louis sampai pertahanan Mr. Louis ambrol. Muncratlah sperma Mr. Louis di wajah Virgo, sebagian masuk ke dalam lubang hidungnya, sampai membuat pemuda itu tersedak. Lagi-lagi Virgo menjilatinya sampai bersih tak bersisa, ia memegang kontol Mr. Louis yang sudah menggantung lemas itu dan menjilati ujungnya, membersihkan sisa-sisa sperma yang masih menempel di atasnya.

Keduanya begitu lelah, Mr. Louis menjatuhkan badannya dan menindih badan Virgo, masih dengan posisi 69-nya. Namun, Mr. Louis tak melepaskan cengkeramannya di kontol Virgo, ia tetap memegangnya seperti seorang biduan dengan mikrofonnya. ia menjatuhkan kepalanya ke perut Virgo di atas jembut-jembut halus remaja 17 tahun itu, sambil tangannya memain-mainkan kontol Virgo dan mengocoknya agar kontol empuk yang sedang terkulai itu kembali tegak.

Jaqueno sudah tak tahan lagi menyaksikan tontonan langsung yang luar biasa itu, ia mendekati meja itu. Mr. Louis dan Virgo, keduanya hampir bersamaan menoleh ke arah pemuda asing itu, mereka tersenyum. Mr. Louis segera bangkit, turun dari atas meja dan mendekati Jaqueno. Ia mencengkeram erat tangan pemuda tanggung yang tampak innocent itu. Ia menarik tubuh Jaqueno, merapatkan dengan badannya yang kekar itu. Kemudian ia pun mulai menyerang Jaqueno dengan lumatan bibirnya, mereka saling memagut. Jaqueno berusaha untuk mengimbanginya, namun tampaknya ia selalu kalah satu poin dari Mr. Louis yang sudah mencapai tingkat Master untuk permainan yang satu itu. Apalagi Jaqueno masih terlalu lugu, tetapi untuk seorang pemula, Jaqueno tidak terlalu buruk juga.

Mr. Louis mendesak terus tubuh Jaqueno ke tembok, dirapatkannya badannya sambil didorong-dorongkannya pinggulnya ke arah pemuda itu saking begitu birahinya melihat remaja bertampang imut dan menggairahkan itu.
Kemudian tangannya mulai disusupkan ke dalam pakaian Jaqueno, lalu meremas-remas dada dan pinggulnya. Mr. Louis makin liar dengan tangannya, ia mulai menyelusupkan kedua belah tangannya ke dalam celana pendek berbahan satin yang dipakai Jaqueno. Kemudian meremas-remas pantat Jaqueno yang padat berisi itu, dan sesekali menusuk-nusukkan jarinya ke dalam lubang anusnya, satu bahkan sampai dua jari.

"Argh!" Jaqueno merasakan kesakitan ketika Mr. Louis memasukkan jarinya ke dalam lubang anusnya, terlebih ketika ia memasukkan kedua jarinya secara bersamaan, baru kali itu Jaqueno merasakan rasa nyeri yang teramat sangat di dalam lubang anus itu. Kemudian tangan Mr. Louis memutar ke bagian depan, ia meremas-remas sesuatu yang menonjol dan mengeras di bagian itu, ia sangat menyukainya.

"Nyammi!" kata Mr. Louis saat tangannya memegang batang kejantanan Jaqueno yang sangat besar itu. Ia pun tak tahan lagi untuk segera melumatnya, dipelorotkannyalah celana pendek pelindung kontol Jaqueno itu, ditariknya dengan kasar penuh nafsu, lalu diikuti oleh CD dalam biru tua yang dipakai Jaqueno. Remaja itu dibiarkannya tak bercelana di hadapannya seperti seorang bocah yang tak tahu malu. Jaqueno mengarahkan mukanya ke atas sambil memejamkan matanya.

"Argh!" Mr. Louis langsung melumat batang kontol Jaqueno sambil setengah berjongkok di depan pemuda itu. Ia menghisap dan mendorongnya keluar masuk mulutnya.

"Ooh, teruskan!" erang Jaqueno sambil menggeliat-geliat. Mr. Louis makin buas saja menyedot kontol pemuda itu. Ia sedang menenggelamkan kontol Jaqueno di dalam mulutnya ketika pemuda itu sudah tak tahan lagi dan kemudian menumpahkan cairan kelelakiannya yang terasa asin dan nikmat itu. semuanya tertelan dan masuk ke dalam kerongkongan Mr. Louis, dan Mr. Louis sangat menikmatinya.

Tidak cukup berhenti sampai di situ, Mr. Louis lantas mengangkangkan kedua kaki Jaqueno, menyusupkan mukanya ke sela-sela selangkangan Jaqueno dan menciuminya dengan penuh gairah. Ia melumat buah pelir Jaqueno dengan begitu nikmatnya, apalagi tambah menggairahkan dengan semerbak aroma kelelakian Jaqueno yang khas dan horny itu. Semuanya mengalir begitu saja, mengikuti irama nafsu yang membara dan tak terbendung lagi. Mr. Louis telah memberikan sebuah pelajaran pada siswa barunya itu.

Virgo yang sejak tadi hanya bengong di atas mejanya, berinisiatif untuk turun dari meja besar itu untuk ikut bergabung dengan kedua pria yang sedang dipenuhi nafsu membara itu.

Mr. Louis menghentikan lumatannya di seputar kemaluan Jaqueno, begitu dilihatnya Virgo yang mendekat dan ingin bergabung. Virgo mengambil tempat di tengah-tengah di antara Mr. Louis dan Jaqueno, mukanya berhadapan dengan Jaqueno, Virgo pun lantas melumat bibir Jaqueno yang sama-sama seksinya dengan bibirnya itu, ia memagutnya dengan liar.

Sementara itu, Mr. Louis merapatkan badannya ke badan Virgo, Virgo pun terjepit di antara kedua badan kekar partner-nya itu. Kemudian Mr. Louis menyibakkan rambut Virgo dan menciumi bagian leher belakangnya, perlahan makin turun ke punggung dan kedua belahan pantat Virgo, ia membuka lebar kedua belahan pantat Virgo itu dengan kedua jempol tangannya, sampai terlihat lubang anus Virgo di depan batang hidungnya. Kemudian Mr. Louis memainkan lidahnya dengan liar di seputar lubang anus Virgo, meskipun sedikit berbau namun baginya itu adalah aroma yang justru malah membangkitkan gairahnya.

Mr. Louis terus menikmatinya, apalagi Virgo makin lama makin menungging, karena Jaqueno yang kelelahan sudah tak kuat lagi untuk berdiri sehingga ia pun terduduk bersandar ke tembok sambil berselonjor kaki. Virgo menungging untuk dapat menghisap kontol Jaqueno, ia bergairah sekali menikmatinya, seakan-akan tak ingin melepaskannya dari mulutnya, apalagi untuk berbagi dengan orang lain. Virgo mencengkeramnya dengan kuat, mengocoknya pelan dan makin lama makin dipercepat, sampai sekali lagi Jaqueno melontarkan spermanya. Mr. Louis pun tampak asyik dengan permainannya sendiri, ia menyodomi lubang anal Virgo dan mengempotnya naik turun sampai staminanya betul-betul habis dan cairan kelelakiannya tumpah ruah. Impian Jaqueno pun terjawab sudah, ia telah melewati dimensi ruang dan waktu yang membawanya untuk benar-benar menikmati apa yang hanya menjadi fantasinya selama ini. Jaqueno telah kehilangan keperjakaannya di tangan seorang guru, guru 28 tahunan yang menawan.

*****

Mau yang lebih seru lagi? Silakan kirim email kalian ke emailku di bawah! dan lengkapi dengan identitas diri kalian, agar dapat kubalas.

Trims untuk penilaian dan perhatian kalian atas cerita ini. Aku sangat menghargainya.

In my castle - The Prince

Bersambung . . . . .




Komentar

0 Komentar untuk "Collaboration of sex - 1"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald