Aku dan karyawanku - 2

0 comments

Temukan kami di Facebook
"Ngapain lagi di sana? kalau untuk kerja, kenapa tidak di Jakarta saja, kamu bisa melanjutkan bisnis Papi di sini, kasihan kan Risdam dan anakmu ditinggalkan", ucap Papi.

Aku hanya diam, pusing juga memikirkannya, namun pikiran tersebut hilang setelah malamnya aku berpesta lagi bersama temanku, menikmati gejolak nafsu kami. Suatu saat Risdam dengan nekat mau menjemptku, namun aku melarangnya dengan alasan macam-macam sehingga niatnya tersebut tidak pernah dia lakukan.

Waktu sepertinya berlalu dengan cepat bagiku ternyata sudah 2 tahun lebih aku meninggalkan Risdam dan anakku, hingga aku mendapatkan kabar dari Mami yang aku harus benar-benar pulang hari ini juga. Di pesawat aku berniat untuk ke rumah sakit dulu menjenguk Papi yang di opname karena sakit jantungnya kambuh. Tiba di bandara Soekarno-Hatta, aku menelepon Mami, namun HP-nya tidak aktif, akupun menelepon HP Risdam.

"Tidak usah ke rumah sakit Mas, langsung ke rumah saja, Papi sudah tidak ada", ucap Risdam dengan suara terbata-bata dan isak tangisnya yang kudengar. Aku segera meluncur pulang ke rumah yang ternyata sudah ramai orang, aku langsung berlari menangis, memeluk jenazah Papi.

*****

Aku memohon maaf pada Mami, Mas-Masku, pada keluarga Risdam, dan terutama pada istri dan anakku yang mulai tumbuh besar, lincah, bijak dan tampan seperti papanya. Akhirnya kami kembali untuk bersatu lagi. Aku berencana membuka usaha, aku menolak saat Mami menawarkan untuk mengelola usaha Papi.

"Biarlah Mas Farma yang mengurusnya", ucapku.

Aku anak bungsu dari 5 bersaudara yang semuanya laki-laki. Papi Risdam setuju bahkan menawarkan modal untuk usahaku, namun aku tolak dengan baik. Aku melibatkan Robert temaku untuk menanam modalnya untuk usahaku ini dengan pikiran temanku itu akan berkunjung ke Jakarta untuk melihat perkembangan modal yang dia tanam di usahaku, dengan membawa teman atau mengajak Howard yang menjadi kekasih gayku di Belanda dan tentunya kami akan berpesta sex di sini. Robert setuju, akhirnya aku membuka usaha bakery yang kupilih tersebut. Isteriku, Papi linda dan Mami banyak membantu hingga berdirilah usahaku.

Aku mengundang artis saat peluncuran produksi bakery kami sebagai promosi, aku juga mengiklankannya di surat kabar, majalah, televisi dan media lainnya. Bulan pertama penjualan produksi bakery kami mendapatkan keuntungan bersih 50%, aku menjadi senang, dan apalagi bulan-bulan berikutnya penjualan produksi bakery kami juga mendapatkan keuntungan.

Saat itulah aku mulai berani untuk mendekati salah satu karyawan laki-laki ku yang bernama Irwan, sudah lama aku tertarik pada laki-laki tampan tersebut dengan tinggi 163cm, dengan kulit yang kuning langsat, tubuhnya yang padat bulat dan lesung pipinya yang kelihatan saat dia tersenyum, laki-laki tersebut benar-benar membuatku bergairah dan bernafsu. Diam-diam aku sering memperhatikannya saat dia bekerja menyajikan bakery ke meja pembeli.

Jam istirahat seperti permintaanku pada Maya, sekretarisku, Irwan datang ke kantorku.

"Selamat siang Pak"

"Irwan, mari duduk", sahutku melihat irwan masuk ke kantorku. Laki-laki tersebut duduk di depan meja kerjaku.

"Kamu sudah 3 bulan kerja di sini yah", ucapku berbasa-basi membuka-buka arsip.

"Benar Pak", jawab irwan mengangguk. Aku menatap Irwan, melepas kaca mata yang aku kenakan.

"Kamu menyukai pekerjaan kamu?", tanyaku lagi.

"Iya benar Pak, Saya suka dengan pekerjaan ini", jawab Irwan lagi.

"Masa percobaan kamu sudah habis, apabila saya angkat kamu menjadi karyawan tetap saya, tanggung jawab kamu kepada perusahaan ini semakin dituntut dan saya minta loyalitasmu, dan bersungguh-sungguh bekerja, menjaga segala yang menjadi rahasi perusahaan dan juga inventarisnya". Irwan mengangguk.

Aku berjalan ke depan, mengunci pintu kantorku.

"Kalau kamu bisa melaksanakannya saya tidak segan-seganmenaikan gaji kamu atau bahkan mempromosikan kamu sebagai Supervisor produksi, karena saat ini saya rasa kita membutuhkan satu orang yang dapat mengontrol produksi dan mengawasi pekerjaan karyawan-karyawan lainnya", ucapku menjelaskan.

Aku mendekati Irwan, menyentuh pundaknya, memijat-mijat bahu laki-laki tersebut.

"Promosi jabatan ini tidak saya umumkan dengan karyawan lainnya, jika kamu mempunyai persyaratan tersebut, kamulah yang saya pilih, karena setelah saya melihat kerjamu, saya menjadi tertarik dan ingin memberikan jabatan tersebut kepada kamu".

"Terimakasih Pak", sahut Irwan. Aku menarik tangan Irwan dan mengajaknya duduk di sofa.

"Sudah makan?", tanyaku.

"Sudah Pak", Irwan menjawab.

Kami duduk berdekatan di sofa. Irwan mengambil rokok yang aku tawarkan kepadanya.

"Santai saja yah", ucapku.

Kami terus mengobrol, Irwan menjawab pertanyaan yang aku lontarkan, tentang dirinya dan keluarganya. Aku merangkul pundak Irwan, tangan kiriku mengelus-elus pipinya, aku sangat bergairah dan sangat bernafsu pada laki-laki yang sudah ada di dekatku itu. Nafsuku yang terpendam selama ini perlahan namun pasti akan tersalurkan. Irwan hanya diam saat aku mencium pipinya. Dia sedikit kaget.

"Pak?", tanyanya heran. Aku hanya tersenyum.

"Sudah pernah ngentot?", tanyaku.

Irwan dengan malu malu menjawabnya bahwa dia beberapa kali mengentot dengan pacar-pacarnya, sewaktu dia SMU dan sampai sekarang.

"Playboy juga kamu yah", ucapku tersenyum menarik hidungnya. Dia hanya tersenyum.

"Kalau Saya yang mengentot kamu, bagaimana?" tanyaku.

Irwan tersenyum memandangku. Aku langsung menciumi bibir Laki-laki tersebut, menciumi pipinya, hidungnya dan cumbuanku kembali mengarah kepada bibirnya, lama kau cumbui, tangankupun mulai mengarah ke kontolnya, ku remas-remas. Irwan mulai bereaksi, dia membalas cumbuanku, yang tadinya gugup, laki-laki tersebut mulai mengendalikan dirinya mengikuti permainanku, Irwan mulai agak santai dan mengikuti gerak bibirku saat melumat bibir atasnya, dia mengatup bibir bawahnya sehingga mengenai bibir bawah bibirku, kami terus saling bercumbu.

"Akhh", desahku, menarik mulutku menjauh dari bibirnya, aku tersenyum.

Tanganku yang dari tadi meremas-remas kontolnya, kurasakan mulai bereaksi, aku membuka talipinggang celananya, irwan cukup membantu dengan berdiri sehingga aku dapat membuka celana dan kolornya sekaligus, melihat totongnya yang sudah membesar, panjang dan tegang aku mengocoknya menatap Irwan dan tersenyum, lalu aku langsung mamasukan totong Irwan ke dalam mulut ku dengan mahirnya aku mengocok-ngocok totong Irwan dengan mulutku. Irwan berkali-kali mendesah kenikmatan, aku mengangkat batang buah jangkar kontol Irwan dan aku jilati, aku isapi.

"Akhh", desah Irwan lagi, aku semakin bernafsu, aku membuka kemeja, dan celana.

Aku menarik tangan Irwan mengarahkan ke totongku, Irwan mengikuti mengocok-ngocok kontolku, aku mengajak Irwan duduk di sofa kembali, aku meremas totongku yang besar dan panjang, hitam dan mendekatkan ke totong Irwan dan ku genggam kedua kontol tersebut, sambil ku kocok-kocok, Irwan mendesah sambil menyaksikan permainanku, yang beberapa lama, hingga laki-laki tersebut akhirnya melepaskan cairan maninya yang kental.

"Wah, sudah loyo yah", ucapku tersenyum, Irwan hanya tersenyum.

Aku menarik tangan Irwan, menyuruhnya untuk nungging, dan dengan posisi tersebut aku langsung menyodok lobang pantat Irwan dengan totongku.

"Akhh", desahku merasakan keperawanan lobang pantat laki-laki tersebut.

Irwan menggigit bibirnya, mencekram sofa dengan kedua tangannya, menahankan sakit. Aku terus menikmati lobang pantat Irwan yang terkoyak dan berdarah, terus aku sodok-sodok, pantatkupun ku buat maju-mundur, hingga beberapa menit kemudian aku mencapai klimaks, aku menghentikan gerakan goyangan pantatku, memeluk punggung Irwan.

Aku menggigit telinga Irwan, menit-menit kemudian aku jilati punggung Irwan, aku ciumi, aku jilati telinganya, aku mengajak Irwan duduk kembali, kami berdua tersenyum, aku meremas-remas totong laki-laki itu kembali, sambil menanyakan bagaimana keadaannya setelah aku sodomi.

"Sakit Pak", ucapnya tersenyum, aku memeluknya menciuminya kembali, Irwan juga membalas cumbuan ku.

Kembali nafsuku bergairah lagi, aku minta Irwan untuk naik ke atas pangkuanku, dengan perlahan Irwan duduk di atas pangkuanku, batang totongku telah tenggelam ke dalam lobang pantatnya, aku menggerak-gerakan tubuh Irwan, mengangkat-ngangkatnya sedikit, Irwan menjadi mengerti, akhirnya laki-laki tersebut menggerak-gerakan tubuhnya naik turun, sesekali batang totongku tidak tepat masuk kedalam lobang pantatnya, aku memasukannya kembali, Irwan menggerakan tubuhnya kembali, aku memeluk tubuh laki-laki tersebut, memain-mainkan puting teteknya, mengocok-ngocok kontolnya, dan kembali mencumbui bibirnya, beberapa menit kemudian aku meminta posisi lain lagi, karena melihat Irwan yang sudah agak kelelahan dengan posisi tersebut. Aku membaringkan tubuh Irwan di Sofa, ku angkat kedua kakinya dan meletakkannya di atas bahu ku, aku pun mulai menerobos lobang pantat Irwan dengan batang kontolku.

Aku mulai menyodok-nyodok lobang pantat Irwan, sesekali aku turunkan tubuhku untuk mencumbu bibirnya, Irwanpun membalas cumbuanku, lama aku lakukan dengan menyodok-nyodok lobang pantat Irwan dengan cepat, sesekali aku menarik nafas mencegah agar permainan ku tidak cepat berakhir, aku gerakan pantatku maju mundur dengan cepat lagi, hingga aku tidak mampu untuk menahan puncak kenikmatanku lagi. Nafas Irwan tersengal-sengal, sambil mengocok-ngocok kontolnya, aku mencabut batang totongku dari lobang pantat Irwan, kudekatkan mulutku ke arah totongnya, dan aku isap-isap, ku kocok-kocok dengan mulutku.

Irwan mendesah kenikmatan, aku terus membetot totong Irwan sampai pangkalnya, kulepaskan kemudian dan kujilati kepala totongnya yang merah tersebut, kembali kumasukan kedalam mulutku, akhirnya Irwan mengejang, aku merasakan cairan maninya moncrot di dalam mulutku, aku mengeluarkan batang totong Irwan dari mulutku perlahan, kedua bibirku terus membetot batang kontolnya yang keras, hingga sampai ujung totongnya telah keluar dari mulutku, aku menjilati kepala kontol Irwan yang besar tersebut. Dia mendesah keenakan, aku tersenyum, demikian juga Irwan. Kami menyelesaikan permainan kami, akhirnya nafsuku terpuaskan dengan Irwan.

*****

Saya akan menceritakan lebih banyak permainanku bersama Irwan lagi, bersama karyawanku yang lainnya seperti, Tony, Dani dan Edi.. so nantikan saja. Hingga saat cerita ini tertulis, istri dan keluargaku tidak mengetahui permainanku bersama karyawan-karyawanku, bahkan dengan karyawan atau sekretaris ku yang cantik yang tidak pernah aku jamah untuk kusetubuhi.

Terimakasihku untuk Irwan, Dani dan Edi yang sudah membahagiakanku, menghilangkan kejenuhanku selama ini.

Buat Tony, dimana kau sekarang..? Hubungi saya.. Akhirnya terimakasih buat semuanya.

Tamat




Komentar

0 Komentar untuk "Aku dan karyawanku - 2"

Posting Komentar

Boleh pasang iklan, link atau website, tapi dilarang menampilkan Nomer HP, Pin BB serta Email.

 

Rumah Seks Indonesia. Copyright 2008 All Rights Reserved Revolution Church by Brian Gardner Converted into Blogger by Bloganol dot com Modified by Axl Torvald